2015

Tuesday, November 3, 2015

Lirik Lagu The Day We Felt the Distance - Kyuhyun Super Junior (Romanization + Indo Trans)


Lirik Kyuhyun – The Day We Felt the Distance + Terjemahan

Helooo gw kambek nihh.. hehe.. kali ini gw bawain lirik lagu "The Day We Felt the Distance" ato kalo dalam  judul hangulnya "멀어지던 날". Pasti tau donk siapa penyanyinya? Yups bener banget penyanyinya Kyuhyun ituloh.. satu-satunya member Super Junior dengan tipe suara bass. Ini lagu ga termasuk ke album ya.. ini cuma single doang dan ini dirilis tanggal 03 November 2015. Yuk langsung cekidot!!!

Romanization

sarangi iksukhaejin geu nare
maeumi meoreojin geu sigane
mujakjeong ne son japgo
neoui mureupeul bego jamkkan ijja haesseo
(Shina Park)


baraman bwado apa
gaseumi neomu apa
duldo eopsi sojunghaessdeon
urin chueogi aninde
nae saranginde nal usge haejun neon de
daheul su eopsi meoreojin
urin doedora gal su isseulkka
(Shina Park)


geuripdeon ne maeumi jeonhae wa
sarangi ttatteushage daga wa
seolleineun maeume
neol kkok kkeureoangoseo
jom deo issja haesseo
(Shina Park)


baraman bwado apa
gaseumi neomu apa
duldo eopsi sojunghaessdeon
urin chueogi aninde
nae saranginde nal usge haejun neon de
daheul su eopsi meoreojin ne mami
hanbeon deo ttwil su isseulkka
(Shina Park)


hangsang gyeote issdeon neoneun
sojunghage sumgyeodwossdeon seonmulcheoreom
neon naui haenguningeol
(Shina Park)


neol barabonda
chueogeul samkyeo bonda
sumgil su eopsneun hangaji,
nal gidaryeojun han saram
neol anabonda dasi chajaon seollem
ije nae modeun haengbogeul
da moa neoegeman julge
(Shina Park)


bicheoreom malkeun neoreul saranghae
nae sumi chaoreuge japgo sipeun han saram
kkum gateun jigeumcheoreom idaero

Download KYUHYUN The Day We Felt The Distance Mp3 Mp4 MV Music Video

Indo Trans

Hari ketika cinta telah bersatu
Waktu ketika hati telah menjauh
Aku memegang tanganmu
Aku beristirahat di pangkuanmu untuk sementara waktu
(Shina Park)


Bahkan hanya melihatmu, itu menyakitkan
Hatiku terlalu sakit
kau begitu berharga dan tak tergantikan
Ini bukan kenangan kita
Ini cintaku, seseorang yang membuatku tertawa hanyalah kau
kau telah menjauh hingga aku tak bisa memanggilmu
Bisakah kita bersama?
(Shina Park)


Hatiku yang kehilanganmu memanggilmu untuk kembali
cinta kembalilah
Hati yang bergetar ini
aku ingin memelukmu walau sebentar
(Shina Park)


Bahkan hanya melihatmu, itu menyakitkan
Hatiku terlalu sakit
kau begitu berharga dan tak tergantikan
Ini bukan kenangan kita
Ini cintaku, seseorang yang membuatku tertawa hanyalah kau
kau telah menjauh hingga aku tak bisa memanggilmu
Bisakah kita bersama sekali lagi?

Kau yang selalu di sampingku
Aku menjagamu seperti sesuatu yang berharga
kaulah kebaikanku
(Shina Park)


Aku melihatmu
Aku melihat kenangan yang menghilang
Satu hal yang tidak dapat disembunyikan
Seseorang yang menunggu untukku
Aku memelukmu, aku merangkulmu ketika ku menemukanmu lagi
Sekarang aku akan mengumpulkan semua kebahagiaanku untuk memberikannya kepadamu

Aku mencintaimu seperti hujan yang cerah
Seseorang yang ingin bernafas
Seperti mimpi, seperti sekarang, seperti ini
(Shina Park)


Take with full credit!
Lyric by : Shina Park 

Wednesday, October 14, 2015

Fall, Once Again (Kyuhyun) Full Download

KYUHYUN (Super Junior) - Fall, Once Again (2nd Mini Album) Full Album Terbaru

Holaaaa.... I'm back^^
Okay.. today we'll back to SM Entertainment it's Kyuhyun 2nd Mini Album yeay..
Who has waiting for this post? Haha.. okay okay.. Lets check this out!

Link Download
Cus cus cus download-download tapi jangan lupa baca ya caption dibawah ini ^^

"Inget ya download disini cuma untuk review aja.. Kalo kalian emang suka lagu-lagu ini lebih baik beli kaset asli yang resmi atau CD official dari albumnya, kamu juga bisa download secara legal di iTunes dan gunakan juga RBT atau nada sambung pribadi untuk mendukung karya musik supaya lagu artis favorit kamu menjadi juara di semua charts tangga lagu Korea"

Gimana? pasti suka donk lagu-lagunya? jangan lupa ya ini cuma untuk Review aja..

Sekian.. Terimakasih sudah berkunjung^^ jangan lupa di Share ya guys.. *deep bow 

Created by : Shina Park
Source : Google Take with full credit!!

Monday, October 5, 2015

Welcome Back (iKON) - Full Download


Boyband baru keluaran YG taraaaaaaa! Siapa lagi kalo bukan iKON ! Yeyeye.. pasti pada tahu kan? Pengen lagunya? Cusss klik judul lagu di bawah ini terusssss langsung aja ikutin cara downloadnya.. Gampang kan ^^


Masih banyak yang bingung gimana cara downloadnya? Gampang kok^^.. Chingu tinggal klik judul lagu di atas terus ikuti instruksi selanjutnya^^
Males repot download satu-satu? Nihh bisa download file *.rar nya disini
Cus cus cus download-download tapi jangan lupa baca ya caption dibawah ini ^^

"Inget ya download disini cuma untuk review aja.. Kalo kalian emang suka lagu-lagu ini lebih baik beli kaset asli yang resmi atau CD official dari albumnya, kamu juga bisa download secara legal di iTunes dan gunakan juga RBT atau nada sambung pribadi untuk mendukung karya musik supaya lagu artis favorit kamu menjadi juara di semua charts tangga lagu Korea"

Gimana? pasti suka donk lagu-lagunya? jangan lupa ya ini cuma untuk Review aja..

Sekian.. Terimakasih sudah berkunjung^^ jangan lupa di Share ya guys.. *deep bow 

Created by : Shina Park
Source : Kpop Hotness Take with full credit!!

Friday, September 25, 2015

My First Love (Cerpen) ~ Freelance




Title : My First Love
Author : Qonitah Rahmawati H
Genre : Friendship, Romance
PG : 13

Note : Wajib Baca!! Anggaplah thypo itu sebagai hadiah dariku sebagai author and DON'T COPAS OR PLAGIAT!!!

~Happy Reading~

Cinta, apa itu cinta? Aku fikir itu adalah sebuah kalimat klise, karena begitu banyak definisi tentang cinta, bicara tentang cinta pasti tidak akan pernah terlepas dari yang namanya cinta monyet, cinta brotosaurus ala Raditya Dika, dan cinta SMA.
          Bicara  cinta SMA atau sekarang lebih tren dengan nama Cinta Putih Abu-Abu, tapi aku rasa itu tidak berlaku untukku karena beberpa faktor yang sangat mempengaruhi terhambatnya Cinta Putih Abu-Abuku, pertama aku bukanlah orang yang terlalu ambisius terhadap yang namanya pacaran ataupun menjalin sebuah hubungan karena aku selalu menekankan pada diriku sendiri bahwa ‘pacaran itu bukanlah hal yang harus aku kejar, itu tidak penting, ya setidaknya itu bukanlah hal yang penting untuk saat ini’ , faktor kedua mungkin karena aku memang tidak menarik tapi aku fikir itu bukanlah sebuah kemungkinan lagi karena itu adalah sebuah kenyataan jadi itu bukan hal yang mustahil jika cinta putih abu-abuku terhambat. Faktor ketiga mungkin karena aku selalu dikelilingi oleh tiga pangeran tampan, tapi aku tidak akan pernah menyangkal jika orang lain mengatakan aku adalah si cewek jomblo dan aku hanya akan menanggapi mereka dengan kata-kata yang sangat jelas “Ini pilihanku, dan ini yang disebut dengan sebuah pilihan hidup, mungkin untuk saat ini pacaran bukanlah hal yang penting untukku tapi siapa yang tahu dengan masa depan seseorang? Mungkin dimasa depan sesuatu yang aku anggap tidak penting itu akan menjadi sangat penting untukku“ ya kira-kira seperti itulah jawaban yang akan aku berikan pada mereka.
          Kehidupanku sebagai remaja SMA tidak terlalu buruk bahkan terkesan sangat datar, baiklah aku berbohong dengan kata-kata tidak terlalu buruk, karena pada kenyataannya ini benar-benar petaka, apa kau pernah mendengar kata-kata ini, semakin tinggi jenjang pendidikanmu maka akan semakin tinggi pula ilmu yang akan kau dapat. Aku percaya dengan kata-kata itu, sungguh... bahkan sangat percaya hingga rasanya aku nyaris frustasi jika dihadapkan dengan soal-soal matematika, aku heran kenapa harus ada matematika didunia ini, ini tahun ketigaku di SMA dan aku harus berusaha lebih keras lagi untuk bisa mencapai targetku agar aku bisa lulus SBMPTN dan diterima di universitas yang aku inginkan. Pagi ini pak Hendra memanggilku untuk datang ke ruangannya, apa aku membuat masalah? Tapi aku fikir itu tidak mungkin, tanpa aku sadari aku sudah berada tepat didepan ruangan pak Hendra dengan ragu-ragu aku mengetuk pintu itu dan tidak beberapa lama kemudia ada suara yang mempersilahkan aku untuk masuk keruangan itu.
“Permisi pak...”
“Oh... Kania, duduklah” ujarnya sambil menunjuk kursi yang berada tepat di hadapan mejanya.
 “Begini, kau sudah tahu bukan kenapa bapak memanggilmu?” tanyanya dan aku hanya merespon dengan gelengan kepala, aku bisa melihat wali kelasku ini menghembuskan nafasnya berat, terlihat seperti orang yang putus asa.
  “Kania, bapak tahu kau bisa disemua bidang, tapi kenapa nilai Matematikamu begitu mengenaskan? Oleh karena itu Kania, bapak sudah memutuskan, kamu belajar Matematika dengan Dirga. Menurut bapak dia yang terbaik untuk mengatasi masalah kamu tentang Matematika” kata pak Hendra dengan nada yang menunjukkan bahwa dia tidak  bisa dibantah. Tapi tunggu? Kenapa harus Dirga? Menurutku kemampuan Dodi dalam Matematika tidak terlalu buruk. Menyebalkan...
“Maaf pak sebelumnya tapi bisakah saya belajar matematika dengan orang lain saja? Karena saya yakin 100% dia akan terus mengolok-olok saya jika dia tahu saya meminta bantuan darinya” ujarku dengan tampang yang sedikit memelas.
 “Anak ini, memang siapa lagi yang menurutmu pintar dan bisa mengajarimu matematika selain dia? Lagi pula saya rasa hanya dia yang bisa, teman-temanmu yang lainnya pasti sedang sibuk untuk mempersiapkan diri untuk UN dan SBMPTN, sudahlah tidak ada orang lain lagi yang akan mengajarimu. Kau tahu semua orang sedang sibuk, mungkin dia bisa mengubahmu menyukai pelajaran ini dan bisa menaikkan nilaimu yang sangat MENGENASKAN” ujar pak Hendra dengan tangan yang bersedekap didepan dada dan menekankan kata-kata terakhir pada kalimatnya.
“Tapi pak, mana mungkin dia akan semudah itu untuk setuju mengajari saya matematika? “ tanyaku dengan wajah yang terlihat sangat frustasi.
“Emmm, sebenarnya bapak sudah mengatakan langung padanya, dan dia bilang dia akan memikirkannya”
“Baiklah pak terima kasih, mungkin saya rasa saya juga akan memikirkannya” jawabku dan bersiap untuk kembali ke kelasku, sekilas aku dapat melihat ekspresi pak Hendra yang sedang menggeleng frustasi menanggapi sifatku yang keras kepala.
“Dan Kania, jika kau butuh bantuannya dia ada di perpustakaan seusai jam pulang sekolah” astaga pak Hendra, apa aku harus belajar matematika dari orang yang begitu menyebalkan didunia ini? Kau tidak akan percaya jika aku menyebutnya sebagai IBLIS, karena iblis mana yang selalu di agung-agungkan dan digilai oleh banyak murid di sekolah, tapi pada kenyatannya dia memang benar-benar iblis mungkin lebih tepatnya pangeran kegelapan. Aku benar-benar meratapi nasibku, benar-benar kesialan, masa akhir SMA yang tragis dan memprihatinkan.
Aku  berjalan dengan gontai menuju kelasku, tapi langkahku terhenti saat melihat sang pangeran kegelapan memasuki lapangan basket sambil mendribble bola dengan salah satu tangannya, jujur aku mengaguminya aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku benar-benar mengaguminya, dia Dirga tetanggaku yang sangat menyebalkan, kami sudah berteman sejak kecil sebenarnya, tapi jika untuk meminta bantuan aku akan lebih memilih meminta bantuan pada dua sahabatku lainnya Dodi dan Dhani, dua orang pasangan yang menjijikkan, oh... baiklah, aku akan jujur sebenarnya Dodi dan Dhani bukanlah pasangan, tapi aku dan Dirga lebih menyukai menyebut mereka seperti itu.
“Matamu akan keluar, jika kau terus menatapnya seperti itu, apa kau tidak memiliki objek lain selain Dirga? “ astaga, apa-apaan orang ini? Aku menatap orang yang sekarang berdiri dihadapanku dengan tatapan jengah, dan sedikit jengkel “Bisakah kau diam Dhani, dan berhentilah mengatakan jika aku sedang menatap Dirga!, haishhhh... kau benar-benar bermulut ember” ujarku dengan suara yang sedikit meninggi dengan kekesalan yang berada dititik maximum. “Ada apa denganmu? Disini bahkan tidak ada orang, dan aku mengatakannya dengan suara yang pelan bahkan nyaris tidak terdengar. Ayo ceritakan padaku, bukankah kau yang mengatakan sendiri, aku adalah tong sampah untuk semua keluh kesahmu” ujarnya dengan senyuman yang sangat menawan, aku akui ketiga sahabatku adalah sekelompok murid populer disekolah ini, dan semua siswa lebih menyukai menyebut mereka 3D atau yang paling keren menurutku yaitu saat teman-teman sekelasku menyebut mereka dengan sebutan  bodyguard Kania kekeke... bukankah itu keren?
“Dhani... ajarkan aku Matematika” ujarku dengan nada suara yang terdengar sangat putus asa “Kau sakit Kania? Emm... aku fikir kita sama-sama tahu jika kita memiliki kelemahan yang sama, bagaimana dengan Dodi atau mungikin Dirga, aku fikir mereka lebih baik dibidang Matematika dibandingkan aku, bahkan Dirga yang terbaik” ujar Dhani dengan diiringi senyum menggodanya saat dia menyebut nama Dirga didepanku, menyebalkan... hari ini sudah dua orang yang meyarankanku untuk belajar dengan Dirga, tapi... apa Dirga mau? Aku yakin dia pasti mau, bukankah selama ini apapun keinginanku selalu Dirga turuti? Walaupun aku harus mendapatkan ejekan darinya terlebih dahulu.

****
Sinar Cahaya keemasan ufuk timur mulai menyerbu kedalam kabut putih yang menyelimuti kota Bandung dengan hawa dingin yang sedikit menusuk namun tergantikan dengan kehangatan yang menembus kaca jendela kamarku, berusaha menaikkan temperature udara menjadi lebih hangat. Aku melangkah dengan gontai menuju kamar mandi milikku, bersiap secepat mungkin agar aku tidak terlambat hari ini. Aku berjalan menuju garasi mobilku, sambil bersiul layaknya seseorang yang sedang merasakan kemenangan dan begitu menikmati hidupnya, aku berencana untuk menyetir sendiri hari ini. “Kania!!” aku menolehkan kepalaku kesisi kanan dan menemukan ketiga sahabatku yang ternyata menjemputku mereka menggunakan mobil yang berbeda hari ini, tidak seperti biasanya yang hanya membawa mobil sedan yang memang cukup untuk kami berempat, aku melangkahkan kakiku kearah salah satu mobil yang aku pastikan tidak memiliki penumpang, sebuah mobil sport dengan lambang kuda jingkrak berwarna merah, yaitu mobil ferari milik Dirga, sedangkan Dhani dan Dodi menaiki mobil BMW 135i milik Dodi, benar-benar tipekal orang pamer, Dodi medapatkan mobil barunya minggu lalu hadiah dari ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Aku heran dengan hobi mereka bertiga yang sangat suka sekali memeras uang orang tua, mereka fikir mencari uang itu semudah mereka menarik nafas ckckck, untung saja mereka ini anak orang kaya, jika kalian berfikir aku ini berbeda dari mereka, kalian salah karena pada kenyataannya kami berempat dibesarkan dari kalangan keluarga yang sama, tapi bedanya aku lebih menghargai apa yang orang tuaku berikan karena aku sadar aku sangat beruntung. Selama perjalanan aku dan Dirga lebih memilih diam tanpa satu katapun yang keluar dari mulut kami, aku terhanyut dalam alunan musik favorite kami, lagu Everyday I Love You milik Boyzone, sedangkan laki-laki yang sedang mengemudikan mobilnya masih tetap fokus menatap jalan raya didepannya. “Emm... Dirga, boleh aku meminta bantuanmu?” tanyaku dengan mimik wajah sedikit ragu “Katakanlah, bukankah kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan dariku?” jawabnya dengan tatapan yang masih fokus menatap jalan raya “Hehehe... Dirga ajarkan aku Matematika ya? Kau maukan, mengajarkan aku Matematika dan membantuku untuk mengerjakan tugas matematikaku?” ujarku sambil menangkupkan kedua tangan didepan wajahku, seperti posisi orang yang sedang memohon, oh... ayolah, aku rasa mood Dirga hari ini cukup baik, lihatlah buktinya sekarang bahkan dia tidak mengejekku ketika aku meminta bantuan darinya. “Datanglah ke perpustakaan seusai jam pulang sekolah nanti, aku akan mengajarimu matematika” ujarnya sambil tersenyum, ini adalah suatu keberuntungan untukku, kalian tidak akan percaya jika aku mengatakan bahwa Dirga jarang tersenyum bahkan dengan kekasihnya sekalipun, dia hanya akan tersenyum jika dihadapan kami bertiga, entahlah tapi aku suka dengan kenyataan itu.
Kami tiba disekolah tepat 5 menit sebelum bel masuk berbunyi, aku bisa melihat beberapa perempuan yang menatap iri padaku, tapi memang aku perduli? Maka jawabannya adalah TIDAK. Aku merasakan seseorang merangkul bahuku, tanpa menoleh siapa yang merangkulku, akupun sudah tahu jawabannya “Dodi!! Berhentilah berperilaku sesukamu, rangkulah pasangmu dan jangan merangkul perempuan sembarangan” ujarku dengan suara yang sedikit meninggi, tapi tidak berusaha melepaskan rangkulan Dodi, karena semakin aku berusaha melepaskannya, dia akan semakin berperilaku seenaknya. “Pasangan? Siapa Kania? Dan perempuan, maksudmu kau seorang perempuan?” ujarnya dengan pertannyaan yang bertubi-tubi dan terdengar ragu saat mengatakan aku adalah seorang perempuan “kau yakin kau seorang perempuan? Menurutku kau seorang perempuan yang... ah entahlah aku bahkan tidak tahu bagaimana mendeskripsikanmu. Mirip manusia pun tidak. Kamu lebih mirip iblis hahahaha... lebih tepatnya wanita iblis bukankah begitu Dhani? Kita memiliki dua setan peliharaan” ujarnya dengan tawa yang terdengar sangat sumbang, dan tidak lama kemudian sebuah jitakan telah mendarat dengan mulus dikepala Dodi, hahaha... aku tahu itu pasti ulah tangan Dirga. Tapi aku heran dengan ulah Dodi, dia membuat pertannyaan sendiri lalu menjawabnya sendiri, dasar laki-laki aneh... karena itu aku lebih senang berbicara dengan Dhani dari pada dengannya, tapi tidak bisa dipungkiri aku juga senang berteman dengannya. “Ayo Kania, Dodi berhentilah merangkulnya seperti itu” ujar Dirga sambil melepaskan rangkulan Dodi di pundakku, sedangkan Dodi hanya menaikkan bahunya sekilas sebagai respon, kami sudah sampai didepan kelasku dan kebiasaan mereka akan berlangsung lagi hari ini, mereka akan mengacak rambutku sebelum mereka pergi kekelas mereka masing-masing, menyebalkan aku harus menata ulang rambutku setelah ini, aku pernah bertannya pada mereka tetang kebiasaan mereka bertiga yang satu ini, dan dengan kompak mereka akan menjawab “Karena kau yang paling lucu” astaga jawaban apa itu? Ckckckc...
Seusai jam pelajaran aku benar-benar datang ke perpustakaan, aku sudah bertekad untuk bisa matematika, aku menunggu Dirga cukup lama, karena bosan aku mengetuk-etukkan pensilku ke meja hingga menimbulkan suara, sesekali aku melihat jam di pergelangan tangan kiriku, tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada pesan yang masuk ‘Kania kau dimana? Kau tahu kami tadi kerumahmu, dan ibumu bilang kau belum pulang, kami sekarang sedang dalam perjalanan untuk menemani Dirga, karena tiba-tiba Lucy ingin bertemu’  
Ini benar-benar keterlaluan, Dirga membuatku menunggu selama 2 jam di perpustakaan, sedangkan dia pergi bersama kekasihnya, dengan cekatan aku membalas pesan singkat dari Dodi.
 ‘Katakan pada Dirga, aku tidak akan memaafkannya karena dia telah membuatku menunggu selama 2 jam diperpustakaan’.
 Tidak lama kemudia ponselku berdering lebih nyaring, tanpa harus menjadi peramal pun aku tahu siapa orang yang menelphone ku, dia orang yang membuatku menunggu di perpustakaan selama 2 jam. Aku memutuskan untuk tidak mengangkat telphone darinya dan mencabut baterai handphoneku.
****
Laki-laki bernama Rian itu masih berada dialam bawah sadarnya saat suara ketukan pensil yang diketukkan kemeja secara pelan namun pasti membangunkannya. Bukan suara yang menarik untuk didengar bahkan lebih tepatnya menggangu dan suara itu membuat laki-laki itu benar-benar terbangun.
Laki-laki itu lebih memilih tidur diperpustaka setelah tadi malam terjaga karena bertanding game dengan salah satu rival terkuatnya disemua bidang. Dia mungkin siswa tingkat akhir sama seperti seorang gadis yang sedang menatap bingung laki-laki itu. Buku yang pria itu gunakan untuk menutup wajahnya terjatuh perlahan. Membuat mata yang dibingkai dengan bulu mata yang terlihat panjang dan lentik itu terbuka sedikit demi sedikit, dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah wanita yang duduk tidak jauh darinya. Cantik, dan... wajah wanita itu terlihat lebih bersinar karena posisi duduknya yang tepat menghadap cahaya. Kulitnya putih, seperti susu. Dan bagian yang paling laki-laki itu suka. Dahinya, gadis itu menarik seluruh poninya kebelakang dan dijepit dengan jepitan hitam polos diatas kepalanya. Tipe ideal seorang Rian yang seluruhnya terdapat pada wanita itu.  Sebenarnya semua tipe ideal Rian sama seperti tipe ideal rivalnya yaitu Dirga dan Rian sangat tahu betul siapa gadis yang kini berada didalam jarak pandanganya, dia gadis yang membuat Dirga gila. Ckckck
 “Kalau saja kalkulus tidak pernah ada…” kata gadis itu mulai melantur, karena putus asa dengan nilai-nilai matematikanya yang mengenaskan.
“Aku bertaruh Leibniz akan menuntutmu kalau itu benar-benar terjadi.”gadis  itu menatap laki-laki yang duduk tidak terlalu jauh darinya terkejut. Pria itu masih berada diposisi awalnya, hanya saja buku yang menutup wajahnya tadi sudah tidak lagi berada ditempat semula.
Leibniz yang Rian maksud adalah laki-laki yang mengembangkan semua teori dan konsep dasar kalkulus dan dianggap sebagai penemu ilmu yang menurut Kania sangat mengerikan itu, sebenarnya Kania tidak akan beranggapan seperti itu kalau saja nilai matematikanya tidak semengenaskan itu.
Rian tentu bukan orang bodoh karena tahu hal tidak biasa seperti itu. Walaupun Kania sebenarnya tidak mengerti sama sekali dan tidak tahu siapa nama orang yang disebut laki-laki itu.
Hanya ada satu pikiran melintas saat mata gadis itu menangkap wajah Rian. ‘Berapa tahun yang aku sia-sia tanpa mengenal pria ini, atau aku yang terlalu banyak bergabung dengan tiga pangeran setan hingga aku tidak mengetahui ada malaikat disekitarku’
Gadis itu sering melihat pria tampan dan biasanya berakhir dengan tidak peduli lalu lupa dan tidak ingin untuk berusaha mengingatnya lagi tapi tentu saja pengecualian untuk ketiga pangeran setannya. Tapi sepertinya kesan itu juga tidak akan berlaku untuk pria didepannya ini.
Pria itu seperti… mannequin. Patung yang dipahat dengan baik dan ditempatkan di swalayan-swalayan terkenal untuk memperagakan baju bermerek. Kulitnya putih, dia memiliki mata bulat yang jernih terlihat sangat imut. Pertama kalinya dia melihat seseorang dengan wajah seperti itu. Sangat tampan sekaligus imut.
Rian menegakkan tubuhnya, masih memperhatikan gadis yang duduk disebrang meja yang ia duduki. Dia menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan menyuruh gadis itu menghampirinya. Sedangkan gadis itu masih diam dan berpikir keputusan mana yang lebih tepat. Kabur dari sini atau mengikuti perkataan pria asing itu. Tentu saja kabur, 99% kemungkinannya adalah pria itu memanggil untuk menjitak kepalanya karena sudah mengganggu tidurnya.
Gadis itu bangun dari duduknya, merapikan buku tergesa-gesa dan baru saja akan kabur saat suara laki-laki itu menghentikannya.
“Bawa kemari tugasmu dan apa kau mau jika aku mengajarkanmu kalkulus?” gadis itu membalikkan tubuhnya takut, melihat wajah laki-laki itu tidak yakin. Kalau kabur dia pasti akan ditangkap dengan mudah. Kemampuan fisiknya sangat payah. Lagipula pria itu memintanya untuk membawa tugasnya. Anggap saja dia orang baik yang mau menyelesaikan soal kalkulusnya.
          “Kau bercanda? Tentu aku mau, aku tidak akan melewatkan kesempatan ini” ujar kania dengan suara yang terdengar sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Ini adalah sebuah keberuntungan karena setidaknya ia bisa belajar materi matematika meskipun bukan dengan Dirga.
Kania berjalan menghampiri pria itu dan menaruh buku ditangannya dihadapan laki-laki itu, lalu duduk tepat dihadapan laki-laki yang baru saja menawarkan akan mengajarkannya materi kalkulus yang begitu memusingkan. Duduk manis disana tanpa mengatakan apapun.  Laki-laki itu meliriknya sekilas, kemudian mengambil kertas soal yang diselipkan disalah satu buku gadis itu. Membaca seluruh soal lalu mulai mencari jawaban soal-soal itu. Kania menatap laki-laki yang sedang mengerjakan tugasnya itu terkagum-kagum, berpikir darimana seseorang sepertinya bisa muncul. Selain tampan dia juga pintar sepertinya, ternyata masih ada laki-laki yang setara dengan Dirga.
Laki-laki itu menyelesaikan seluruh soal itu dalam waktu 10 menit, dia meletakkan penanya di atas meja lalu berjalan kearah rak buku yang berisi deretan buku-buku matematika, tanpa berfikir panjang dan seolah-olah laki-laki itu memang telah mengetahui semua isi buku itu dia menarik salah satu buku dengan sampul orange dan memberikannya pada Kania, melihat Kania dengan jarak yang jauh lebih dekat.  
Tugasmu sudah selesai dan aku fikir buku ini sangat cocok untuk mu” ujarnya pelan lalu kembali menegakkan tubuhnya, setelah menyerahkan buku bersampul orange itu pada Kania laki-laki itu merogoh isi tasnya dan meyerahkan sebuah buku dengan motif kotak-kotak. Mungkin bisa dikatakan bahwa itu adalah buku catatannya.
“Te... terima kasih, kau yakin akan meminjamkan buku catatanmu padaku?” kata Kania gugup. Bukankah seharusnya pertemuan pertama seseorang itu jangan terlalu menyusahkan orang lain? Lalu apa yang dilakukan gadis itu sekerang, dia bahkan telah terlalu banyak merepotkan laki-laki dihadapannya ini.
“Aku bukan orang yang melakukan sesuatu tanpa imbalan, jika kau mau tahu, dan ya... aku yakin akan meminjamkan catatan milikku padamu karena aku yakin kau akan lebih mengerti jika menggunakan itu” Ujar laki-laki itu sambil menyeringai, dan Kania tahu benar ciri-ciri ini, karena terkadang Dirga, Dhani, bahkan Dodi sering melakukannya. Kania mengangkat kepalanya melihat wajah pria itu yang terlihat sangat mempesona dengan senyumannya itu.
“ Besok pulanglah bersamaku saat jam pelajaran berakhir, dan beri tahu siapa namamu” ujar laki-laki itu dengan diiringi sebuah senyuman.
“Ak... aku... aku Kania, tapi maaf aku tidak di izinkan untuk pergi dengan siapapun kecuali bersama ketiga sahabatku” ujar gadis itu dengan sedikit tergagap dan berusaha menunjukkan wajah penuh penyesalan terbaik miliknya.
“ oh... baiklah, sebenarnya aku kecewa jadi maukah kau membayarnya besok, dengan pergi makan siang bersamaku mungkin?” kata laki-laki itu membuat sebuah penawaran, Kania menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju, laki-laki itu pun beranjak dari tenpat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar perpustakaan.
“ jika kau ingin tahu, namuku Rian” ujar laki-laki itu dengan hanya menolehkan kepalanya dan menghilang dibalik pintu perpustakaan yang sudah tertutup.

****
Alih-alih bersemangat untuk berangkat menimba ilmu demi kebaikanku di masa depan. Aku justru bersikeras untuk tidak masuk kesekolah dengan dalih bahwa aku sakit tapi sepertinya ibuku terlalu pintar membaca raut wajahku atau mungkin karena aku yang tidak memiliki bakat acting sedikitpun  hingga membuat ibuku tidak percaya dan mulai memeriksa kondisi tubuhku.
“Badanmu tidak panas, wajahmu bahkan terlihat fresh dan tidak pucat sama sekali. Jangan mencoba untuk berbohong Kania, kau lupa kalau mama mu ini seorang Dokter?”ujar ibuku sambil memeriksa keadaanku dan menempelkan tangannya ke keningku lalu tersenyum, senyum yang bisa membuatku takut, kenapa mama harus tersenyum seperti itu? Senyumnya benar-benar terlihat familiar, oh... tentu saja itu jenis senyum yang sama yang selalu ditunjukkan Dhani ketika dia memiliki ide jail untuk menyiksaku. “Ma berhentilah tersenyum seperti itu, kau membuatku takut. Apa kau sedang merencanakan sesuatu, hingga tersenyum seperti itu?” pertannyaan retoris itu tiba-tiba muncul di benakku “Bukankah kau tidak enak badan? Baiklah mama akan mengijinkanmu izin untuk hari ini, dan sepulang sekolah nanti mama akan menghubungi Dirga agar mengajarkan semua mata pelajaran yang  ada hari ini” ujar ibuku dengan tawanya yang membahana, astaga... ibuku benar-benar fans nomor satu seorang Dirga, kenapa dia lebih menyayangi Dirga dibandingkan aku, benar-benar menyebalkan. Aku menyerah, dan memilih untuk pergi ke sekolah hari ini, bukankah jika aku izin hari ini ibuku akah mengundang Dirga kerumah? Jadi apa bedanya sekolah ataupun tidak aku akan tetap bertemu dengannya. Benar-benar sebuah kutukan.
Aku sampai di sekolah tepat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi, aku menggunakan mobilku hari ini, sengaja agar tidak berangkat bersama ketiga sahabatku, aku sedang menghindari Dirga, aku kesal karena dia membuatku menunggu selama 2 jam diperpustakaan karena dia berjanji untuk membantu tugas Matematika milikku yang kemarin sudah dikerjakan oleh Rian, tapi ternyata dia lebih memilih menemani Lucy berbelanja dibandingkan mengajarkan sahabatnya matematika, benar-benar keterlaluan.
“Kania!!” tanpa menoleh pun aku tahu siapa yang berteriak-teriak seperti orang hutan itu, pasti Dhani dan pasangannya Dodi “Kania, kau tahu tadi kami kerumahmu, dan ibumu bilang kau menyetir sendiri hari ini, jadi kami memutuskan pulang sekolah nanti Dirga akan menyetir mobilmu, dan kau akan pulang bersamanya sedangkan kami__” aku memotong ucapan Dhani dengan nafas yang memburu “Berhentilah berbicara!! Dan aku akan menyetir mobilku sendiri, tanpa Dirga, kau ataupun Dodi. Kalian menyebalkan!” ujarku sambil berteriak dan segera berlalu melewati mereka menuju kelasku. tanpa terasa tetesan bening itu meluncur dari sudut mataku, jadi ini yang namanya cemburu, rasa marah ketika kau melihat ataupun mendengar bahwa orang yang kau sukai lebih memilih orang lain. Ternyata sangat menyakitkan, aku tidak pernah berfikir rasanya akan semenyakitkan ini.
****
          Dua pria yang baru saja dibentak Kania hanya terbengong-bengong melihat kelakuan Kania yang tidak seperti biasanya, meskipun kania semarah apapun pada mereka bertiga dia tidak akan mendiamkan sahabat-sahabatnya tapi kali ini gadis itu melakukannya.
          “Katakan pada Dirga, dia harus bertanggung jawab, dan dapatkan maaf Kania” ujar Dhani yang memerintah sahabatnya “Kenapa harus aku? Bukankah kau bisa melakukannya sendiri” tak dihiraukan aksi protes dari pasangannya Dhani berlalu dari hadapan Dodi dan berjalan menuju kelasnya “Bukankah kau yang sekelas dengannya Dodi” ya itulah kata-kata yang Dhani ucapkan ketika ia melewati Dodi tadi.
          Aneh, ya satu kata itulah yang dapat menggambarkan suasana meja yang diduduki ketiga sahabat itu saat ini, aneh karena satu-satunya perempuan yang selalu bersama mereka saat makan siang kini tengah duduk berdua dengan Rian laki-laki yang jelas-jelas rival dari sahabatnya, Dirga menatap  mereka dengan tatapan yang begitu menyiratkan ketidaksukaan tangannya mulai mengepal, wajahnya mulai memerah hingga ketelinga, matanya berkilat marah melihat gadis yang ia sukai begitu dekat dengan orang yang baru saja dikenalnya, memang sejak kapan Kania mudah dekat dengan orang lain?
          “Aku akan kerumah Kania nanti, kalian ikut?” ujar Dirga tiba-tiba dengan tatapan yang masih tertuju pada bangku yang hanya berkelang 2 meja dari tempat duduknya saat ini, sedangkan kedua orang yang ditanya dengan kompak hanya menggelengkan kepala mereka sebagai respon, entahlah apa maksud dari gelengan kepala itu, gelengan kepala karena merasa geli melihat tingkah Dirga atau gelengan kepala sebagai tanda mereka tidak ikut berkujung kerumah Kania, tapi sepertinya itu gelengan kepala untuk kedua alasan itu.
          Ketiganya melanjutkan makan siang tanpa suara karena pada dasarnya mereka bertiga tengah memikirkan satu-satunya perempuan yang sedari kecil selalu bergabung bersama mereka dan sekarang tengah duduk bersama laki-laki lain. Mereka bertiga benar-benar mirip seperti laki-laki patah hati hanya karena tidak makan siang bersama Kania? Yang benar saja.
To: My K
Aku mohon maafkan aku Kania…
From: My K
Jangan ganggu aku, aku ingin mengobrol dengan Rian!!!
To: My K
Aku mohon, menolehlah…
From: My K
Kekanak-kanakan…
          Setelah berkirim pesan dengan Kania di kantin tadi dan mendapatkan respon yang tidak diinginkan, bahkan sekarang Dirga tidak focus dengan pelajaran yang diajarkan pak Hendra.
“Hei… apakah disini tengah terjadi sebuh kesalahan? Bagaimana mungkin seorang Dirga melamun?” ujar Rian sengan suara jahil sambil menyenggol bahu teman sebangkunya itu.
“Kau menyebalkan, kenapa kau menyeret Kania untuk makan siang denganmu? Bukankah biasanya kau bersama dengan anggota klub sepak bolamu itu?”
“Hoho… tolong kau perbaiki kosa katamu, aku tidak menyeret Kania, dan aku fikir aku tertarik dengannya”
“Menyebalkan”
          Perdebatan yang tidak penting itupun berakhir dengan kekesalan Dirga dan bunyi bel pulang yang terdengar nyaring hingga membuat seisi kelas riuh karena menyambut dengan suka cita berakhirnya jam sekolah hari ini. Dirga berjalan dengan terburu-buru menuju keparkiran dan menemukan sosok yang ia cari yaitu Kania.
“Kania... kau mau memaafkanku bukan?” ujar seorang laki-laki sambil mengikuti kemanapun Kania pergi  bahkan kali ini Dirga menarik-narik bagian belakang ujung seragam sekolah yang dikenakan Kania layaknya seorang anak kecil yang takut tersesat ditengah kerumunan orang-orang.
          Gadis itu menoleh secara tiba-tiba dengan wajah yang terlihat mengerikan “Kau harus membayar waktu 2 jam ku yang terbuang karena menunggumu Dirga” ujar gadis itu dengan nada dinginnya “Baiklah-baiklah aku akan membayarnya, es krim? Taman hiburan? Bermain hujan? Mana yang kau pilih?” ujar laki-laki itu dengan ringannya dan itu semakin membuat gadis yang ditanya semakin meradang karena kesal melihat ulah sahabatnya yang selalu mempermainkannya.
“Dasar pangaran kegelapan bodoh yang penuh jerawat! Jelek! Sok tampan! Sok keren!” ujar gadis itu sambil berlalu meninggalkan Dirga yang masih mematung didekat mobil milik Kania, dan masih berusaha mencerna semua kata-kata makian dari sahabatnya.
“Apa benar aku berjerawat? Seingatku kulitku paling mulus” ujar laki-laki itu sambil meraba bagian pipinya, dan setelah ia sadar semua yang dikatakan oleh sahabatnya itu ada yang berupa kebongan ia langsung tersadar dan mulai mengejar Kania.
“apa? ulangi sekali lagi!” Dirga melototkan matanya tapi itu sama sekali tidak membuat Kania takut justru dengan santainya gadis itu duduk dibalik kemudinya. Dan meninggalkan Dirga begitu saja diparkiran.

*****

Jam telah menunjukkan pukul 3 siang dan seharusnya saat ini Kania tengah berkutat dengan alat music tapi apa yang dia lakukan sekarang? Duduk di depan televisi dan jangan lupakan seorang laki-laki yang terus saja mengekorinya kemanapun. Kania menonton acara favoritnya tanpa merasa perlu untuk menanggapi seseorang yang kini tepat berada didepannya dan mengganggu kegiatan menontonnya, benar-benar telihat seperti seorang anak kecil yang mencari perhatian terhadap ibunya. Ckckck...
“Pulanglah, kau seharusnya pulang Dirga, aku sudah mengusirmu” Kania bangkit dari duduknya menuju dapur. Dirga hanya menatap kepergian Kania dengan tatapan yang sulit di artikan dan sesaat kemudia menghembukan nafasnya dengan sedikit kasar. Dia tidak  memperdulikan kemarahan dan kata-kata Kania yang mengusirnya tadi justru sekarang laki-laki itu sedang asyik bermain dengan PSP kesayangannya disofa yang tadi sempat diduduki Kania. Benar-benar tipe laki-laki menyebalkan bukan?
“Astaga, kau masih disini? Sebenarnya apa yang ingin kau ketahui? Sebenarnya kau tahu bukan, aku sudah tidak marah lagi? Jadi apa yang ingin kau ketahui?” ujar Kania dengan memberikan begitu banyak pertannyaan sedangkan yang diberi pertannyaan hanya melihat sekilas lawan bicaranya tersebut.
“Membosankan, kita hanya akan bermusuhan untuk beberapa jam saja? Tadinya aku fikir mungkin aku harus membelikanmu satu truk es krim terlebih dahulu untuk mengemis  kata maaf darimu” ujar laki-laki itu dengan ekspresi antara terkejut dan sedih yang kentara sekali dibuat-buat “Siapa yang membantu tugas matematikamu, kenapa kau bisa mendapatkan nilai sempurna?” ujar laki-laki itu dengan tatapan mengintrogasi, tatapan yang menunjukkan ketidaksukaan karena gadis yang ia sukai mendapatkan bantuan dari orang lain dan bukan darinya.
“Hanya itu yang ingin kau tanyakan?” ujar gadis itu sambil menatap lawan bicaranya “Ya, hanya itu” ujar laki-laki itu dengan tatapan yang terlihat sangat mengintimidasi “Rian yang membantuku mengerjakan tugas matematika, kau tahu wajahnya terlihat sangat imut, dan saat itu juga aku baru sadar ternyata aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama kalian” ujar gadis itu diiringi dengan sebuah senyuman manis. Dirga benar-benar kehilangan mood untuk melanjutkan pembicaraan oleh karena itu dia lebih memilih diam dan hanya menanggapi ocehan gadis itu dengan deheman.
          “Oh... aku lupa aku harus ke taman Dhani pasti sudah menungguku, kau mau ikut?” ujar gadis itu lagi sedangkan lawan bicaranya hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon dengan tatapan yang masih fokus dengan game yang dimainkannya.
“Aku pergi Dirga, kau harus menjaga rumahku dan tenang saja aku tidak akan lama” ujar gadis itu sambil berlari menuju pintu keluar rumahnya dan hanya direspon dengan deheman oleh laki-laki yang kini tengah berbaring dengan nyaman diatas sofa sambil memainkan game yang berada di PSP miliknya.
****
“Konon… sebuah legenda mengatakan ada sebuah kisah cinta. Kisah cinta seorang gadis, Mary dan seorang pria gagah bernama James. Mary jatuh cinta hanya karena mendengar suara alunan musik yang dimainkan oleh si Pria. Mereka jatuh cinta dalam diam dan tak tahu asalnya. Mereka tak mengenal. Mereka hanya mengenal alunan musik dan tak pernah bertemu. Tetapi mereka jatuh cinta. Jatuh cinta karena Tuhan memberi mereka takdir demikian”  aku menutup novel yang aku baca dan menoleh kesisi kananku, sebenarnya kami tidak memiliki sesuatu yang ingin dikatakan. Hanya saja ini adalah sebuah rutinitas yang selalu aku dan Dhani lakukan setiap sore yaitu menunggu matahari terbenam.
. “Aku ingin Tuhan mengirimkan alunan musik yang hanya dapat didengar olehku dan membuatku jatuh cinta tanpa alasan… bukankah Tuhan baik?” bisikku sambil menatap langit.
“seperti Mary and James… aku ingin seperti itu, bagaimana menurutmu Dhani? Bukankah itu sangat keren?” ujarku sambil menatap Dhani yang duduk tepat disamping kananku. Berharap agar suatu saat nanti aku dapat menemukan James milikku.
          “keluarlah dari dunia fantasimu Kania, kau bahkan telah mendapatkan tiga pangeran tampan disisimu yaitu, aku, Dodi, dan Dirga. Oh... maksudku kau bahkan sudah mendapatkan Jamesmu, tanpa kau sadari Kania” Ujar Dhani dengan percaya dirinya sambil tersenyum, oh... baiklah mereka memang pangeran tampan, tapi aku tidak akan pernah mau untuk mengakuinya didepan mereka langsung, karena aku yakin mereka akan membuat topik itu sebagai bahan ejekan mereka untukku. Tapi benarkah aku sudah mendapatkan james milikku? Siapa James milikku yang Dhani maksud? Apakah kami saling mengenal?
“ Hai... apa yang kalian bicarakan? Kalian tahu kalian terlihat sangat mesra” ujar Dodi sambil menepuk pundakku dan Dhani secara bersamaan “Kami hanya membahas tentang kisah cinta Mary dan James, lalu Kania mengukir sebuah harapan dibangku kayu yang sedang kita duduki ini, lihatlah Dodi” ujar Dhani sambil menunjukkan kata-kata yang diukir olehku. aku ingin Tuhan mengirimkan alunan musik yang hanya dapat didengar olehku dan membuatku jatuh cinta tanpa alasan… bukankah Tuhan baik? Kania, 17 tahun’
Hahaha... Kania keluarlah dari dunia fantasimu dan nyatakan perasaanmu pada Dirga, lalu semua masalah akan selesai” ujarnya dengan tertawa terbahak-bahak sedangkan Dhani hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai respon. “Aku tidak mau!! Lagi pula Dirga sudah memiliki kekasih” ujarku sambil sedikit meninggikan intonasi suaraku dan melemah di akhir kalimatku. “Bagaimana jika kita membuat taruhan” ujar Dhani tiba-tiba “Taruhan?” ujarku dan Dodi secara bersamaan “Ya, taruhan... dengan koin ini bagaimana? Jika kepala, Kania harus menyatakan perasaannya pada Dirga dan jika ekor, kita berdua akan memebelikanmu es krim satu truk” ujar Dhani membuat sebuah penawaran, sebenarnya aku ingin sekali menolak, tapi harga diriku akan jatuh jika aku tidak menyanggupi tawaran dari Dhani. “Ok, aku setuju!!” ujar Dodi dengan nada yang terdengar sangat bersemangat.
“Apa-apaan itu, bagaimana mungkin hanya dengan koin resiko yang harus aku tanggung begitu berat” ujarku berusaha menolak taruhan konyol yang dibuat oleh Dhani. “Lalu bagaimana dengan kami berdua, kami harus membelikanmu es krim satu truk jika kami kalah, itu adil” ujar Dodi mulai membela pasangannya “Adil dari mana? Setidaknya kalian memiliki uang yang banyak untuk membelikanku es krim satu truk. Sedangkan aku, aku harus mendapatkan stok harga diri dari mana lagi?” ujarku masih masih berusaha mempertahankan pendapatku. “Aku tidak mau tahu, 2 lawan 1, kami yang menang. Dhani ayo lempar koin milikmu itu” ujar Dodi memberikan perintah dan ketika koin itu dibuka, oh... betapa sialnya aku, sepertinya aku benar-benar harus mencari stok untuk harga diriku.
******
Hari ini adalah hari yang ditentukan oleh Dhani dan Dodi, hari dimana aku harus menyatakan perasaanku pada Dirga, astaga... ini benar-benar peristiwa paling memalukan sepanjang hidupku, aku menyusuri koridor taman belakang yang merupakan salah satu akses menuju perpustakaan dengan cepat, dari posisiku saat ini aku bisa melihat sosok laki-laki tengah duduk dibawah pohon rindang didekat perpustakaan, sepertinya laki-laki itu begitu terhanyut dengan bahan bacaannya, dengan perlahan akupun menghampirinya dan berdiri tepat dihadapannya.
“Dirga, kau mau mendengar suaraku tidak?” ujarku setelah berdiri tepat dihadapannya, dia mendongakkan kepalanya untuk menatapku karena memang posisiku yang sekarang berdiri sedangkan Dirga duduk. “Boleh... tapi pastikan suaramu harus bagus” ujarnya sambil menutup bukunya dan tatapannya mulai fokus melihatku.
“Lagu ini khusus untukmu, kau harus mendengarnya? Aku jamin suaraku pasti bagus” ujarku membanggakan diri sendiri dan mulai bernyanyi didepannya

I wish your love
Nal barabwa
(Look at me)
I wish your love
Do dagawa
(Come to me more)

Hansang neul bogopa tto senggangna gaseum ttollyowa
( I always miss you and think of you, my heart trembles )

I wish your love
Non nekkoya
(You are mine)
I wish your love
Da julgoya
(I’ll give you everything)

Noreul jinja, jinja joahe yeppo michigesso
( I really really like you you’re so pretty I can go crazy)

 Memalukan ini semua terjadi karena aku kalah taruhan dan harus menyatakan perasaanku menggunakan lagu, apa mereka tidak sadar ini benar-benar menginjak-injak harga diriku, mereka benar-benar sahabat yang menyebalkan.
“Kau benar suaramu bagus, tapi apa kau sedang berusaha menyatakan perasaanmu padaku?”  tanyanya dengan senyum jahilnya “ak... aku...aku tidak bermaksud begitu, kau terlalu percaya diri!“ sergahku dengan suara yang sedikit meninggi, dia masih tersenyum atau mungkin lebih tepat dikatakan dia sedang menahan tawanya, ingatkan aku untuk menghajar Dodi dan Dhani setelah ini karena mereka telah memberikan tantangan paling memalukan seumur hidupku, benar-benar pasangan yang menjijikkan. “Oh benarkah? Aku sangat kecewa mendengarnya” ujarnya, apa maksudnya? Kenapa dia harus kecewa? Apa karena suaraku yang terlalu indah? Atau karena aku menyatakan perasaanku dengan lagu yang tidak dia ketahui? Atau karena sesuatu yang lain, aku menatapnya dengan wajah yang menunjukkan bahwa aku benar-benar tidak mengerti dengan maksud kata-katanya. Dia menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya secara berlahan dan menunjukkan senyumannya lagi, oh tuhan... kenapa dia begitu tampan ketika tersenyum seperti itu?
“Baiklah ayo kita pacaran, kau tidak akan pernah percaya jika aku sebenarnya mengerti dengan lagu yang baru saja kau nyanyikan untukku” ujarnya sambil mencubit kedua pipiku dengan gemas dan mulai mengeluarkan tawa sumbangnya, aku heran ketika dia bernyanyi dia akan mengeluarkan suara bass-nya yang sangat memikat tapi kenapa jika tertawa suaranya begitu sumbang dan lihatlah wajahnya yang nyaris seperti pangeran, tapi aku lebih suka mengatakannya pangeran kegelapan.
“Bagaimana kau bisa mengerti arti dari lagu yang baru saja aku nyanyikan?” ujarku sedikit ketus dan dengan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksukaanku
“Itu karena aku tahu semua tentangmu Kania, apapun itu... aku akan berusaha mencari tahu asalkan semua itu berhubungan denganmu” ujarnya sambil tersenyum, astaga bisakah dia berhenti membuat debaran jantungku berdetak diatas normal seperti ini? Ini membuatku takut.
“Kau ingin mendengar ceritaku?” tanyanya tiba-tiba dan aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai respon, kami masih berjalan beriringan dengan dia yang masih menggenggam tanganku dan mengarahkanku untuk duduk tepat disampingnya di bangku taman belakang sekolah.
“Kau tidak akan percaya jika aku mengatakan, aku memiliki cinta pertama” ujarnya mulai bercerita, aku senang dia terbuka padaku meskipun kami baru menjalin hubungan beberapa menit yang lalu “Kenapa tidak? Bukankah kau sering menceritakannya pada kami” ujarku dengan nada yang aku paksakan biasa-biasa saja, dan tatapan yang tidak fokus karena mulai jengah dengan topik yang Dirga angkat.
“Kau tahu dia gadis yang cantik” ujarnya padaku, oh... ayolah apakah dia harus mengatakannya didepanku
“Bahkan sangat cantik, dia suka tersenyum, dia juga suka sekali dengan warna hitam aneh bukan?” lanjutnya lagi, ini benar-benar membuatku jengah
“Lalu kenapa jika dia suka dengan warna hitam? Tidak aneh, aku juga suka dengan warna hitam” ujarku dengan nada yang mulai jengkel
“Kania, dia juga suka hujan, bahkan dia selalu bermain hujan seperti anak kecil lalu dia akan tertawa ketika tetesan hujan itu mengenai wajahnya, dan gadis itu selalu menarik seluruh poninya kebelakang dan dijepit dengan jepitan hitam polos diatas kepalanya” ujar Dirga lagi sambil menerawang, seolah-olah dia sangat mengagumi orang yang sedang dia ceritakan
“Lalu kenapa kau tidak pergi dengannya saja? Menyebalkan!! sana kejar dia!!” ujarku dengan berteriak lalu segera beranjak dari tempat dudukku dengan langkah yang sedikit berlari
“Tunggu Kania, sebenarnya aku sedang berusaha mengejarnya sekarang, tapi dengan bodohnya gadis itu kalah taruhan dan dia yang akhirnya mengejarku, tapi aku senang dengan kenyataan itu” ujarnya dengan tangan yang masih mencekal lenganku.
 “Kau tahu Kania, kukira melihatmu tersenyum adalah salah satu alasan paling menakjubkan yang pernah kukatakan, jika kau ibarat lukisan, maka mungkin kau adalah lukisan paling indah yang membuatku bahkan tak bisa mengatakan  ‘aku bosan melihatnya’ “ ujar Dirga sambil mengacak rambutku, benarkah? Apa ini benar-benar Dirga? Bahkan setahuku Dirga selalu membawa aku, Dodi, dan Dhani jika dia ingin kencan, dan dia lebih banyak diam bahkan tidak pernah romantis seperti ini.
“Apa kau baru saja belajar kata-kata romantis dari Dodi?” tanyaku padanya, dia hanya terkekeh mendengar pertannyaan dariku
“Bodoh, mana mungkin... aku tidak sekaku itu, lagi pula kau gadis yang aku suka, mana mungkin aku akan memperlakukanmu sama dengan gadis-gadis yang mengejar-ejar ku itu” jawabnya sambil tersenyum dan menggandeng tanganku, aku terus memandangi tangan kami yang saling bertautan dan membalas senyumnya
“Ayo kita pulang” ujarnya lagi, aku hanya mengaggukkan kepalaku sebagai respon.
Aku selalu mencari alasan kenapa aku mencintaimu. Tapi, aku tidak pernah mendapatkan alasan yang jelas. Apa karena wajahmu yang sangat tampan, atau karena suaramu yang sangat indah dan menenangkan? Mungkin juga karena kau orang kaya raya. Tapi, kalau aku mencintaimu karena hal seperti itu, maka suatu saat nanti jika aku bertemu dengan orang yang lebih baik darimu aku akan berhenti mencintaimu dan berpaling pada orang lain. Aku tidak mau hal seperti itu terjadi.
Karena jantungku selalu berdetak cepat saat melihatmu, hatiku sakit melihat kesedihanmu, aku merindukanmu walaupun kau disisiku. Apa itu bisa dijadikan suatu alasan? Karena untuk mencintaimu tidak perlu alasan yang logis bukan?

End

Gimana cerpen abal-abal aku ini? Buat yang udah baca makasih banyak.. Peluk cium untuk kalian dan untuk yang komen (haha gayanya kayak bakalan ada yang komen aja) makasih banget ya buat dukungannya. Aku perlu komentar masukan dan kritikan kalian. Jadi buat kalian yang baca cerita aku ini, aku mohon banget buat komentarnya karna aku juga masih belajar dan perlu masukan dari temen-temen sekalian. Ciaoooo~ deep bow buat semua ^^
Copyright © 2014 Vanila Shina