Cerpen "Dalam Deburan Ombak"

Saturday, November 22, 2014

Cerpen "Dalam Deburan Ombak"



Cinta adalah sebuah kata sederhana dengan beribu makna. Sebuah kata yang bisa menyatukan setiap insan didunia, kata yang didasari dengan sebuah perasaan sayang yang mendalam yang hanya dianugerahkan pada hati paling tulus dan termurni tanpa ada setitik kepalsuan apapun didalamnya. Pantai Panjang telah menjadi saksi bisu cintaku. Dimana aku mencurahkan seluruh perasaanku.
Aku terduduk diam ditengah hamparan pasir lembut sembari menikmati indahnya mentari senja yang menghasilkan bias warna oranye khas di ujung pantai. Keindahan itupun semakin terasa dengan adanya deretan pohon cemara yang membuat pantai ini terasa sejuk. Disini, aku masih terdiam dan terus menghitung waktu ditengah alunan debur ombak  yang saling berkejaran, akupun makin tenggelam dalam lamunanku.
Pantai ini mengingatkanku kembali akan sebuah kenangan manis yang sempat terlupa. Dimana aku pertama kali melihatnya lagi setelah sekian lama aku tak pernah melihat sosoknya. Sosok tinggi dan ramping yang tidak atletis itu adalah sosok yang selalu kunantikan walau dia bukan seseorang yang berpenampilan sempurna. Akupun tersadar dari lamunanku saat kudengar suara itu, ternyata hari sudah beranjak malam dan setengah badanku telah basah terkena ombak. Aku menolehkan kepalaku untuk memastikan pemilik suara itu. Belum sempat aku mengenalinya diapun memanggilku lagi “ngapain sih kamu disitu? udah jam berapa ini?” ucapnya sambil mendekatiku.
“Eh kakak, darimana? Udah lama ya kita nggak ketemu?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya. Aku bangkit dari dudukku dan sedikit membersihkan bekas pasir yang menempel di kakiku. “Ya ampun! Dari jam berapa kamu duduk disini? Kenapa bisa basah gitu?” dia terus bertanya sambil melotot melihat celanaku yang sudah basah kuyup. “Biasa aja donk kak, kalo orang main dipantaikan biasanya basah kuyup juga” aku menyeringai dibuat-buat sambil memutar mataku. “Iya sih basah, tapi mana ada yang main di pantai malam-malam gini. Nih pakai jaket kakak aja, nanti kamu sakit loh basah-basah gitu.” Rasa khawatir diwajahnya mulai menghilang saat dia berkata “nggak takut apa duduk sendiri di tengah pantai? Hanya cewek aneh yang mau-maunya duduk sendiri ditengah pantai, tengah malam lagi. Dasar cewek aneh” dia mencibir dan melihatku dengan heran. Itulah dia sosok yang sangat menjengkelkan tapi tetap perhatian.
Tanpa sadar aku menatap dan memperhatikannya, tiba-tiba dia menyentuh keningku "hei, kenapa? Ada yang aneh ya? Apa kamu sakit? Tapi kok nggak panas sih?" aku memalingkan wajahku dan menepis tangannya yang ada di dahiku hingga terjatuh. "huh dasar cewek aneh" dia mengomel dan menekuk wajahnya.
"Eh iya, ngapain kakak kesini? Janjian ya?" selidikku curiga. "Kakak nyariin kamu tau. Mulai dari rumah kamu, anggut, prapto, pasar minggu, pokoknya satu kota Bengkulu udah kakak kelilingin, eh kamunya malah ada disini" dia terus mengomel dengan nada kesal. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya itu, dia terus mengomel sambil menendang-nendang pasir pantai dan benda-benda yang ada di dekatnya. Sadar bahwa aku tak memperhatikan omelannya, diapun memukul pelan kepalaku "kamu itu bikin kesel banget ya, dari tadi aku ngomong panjang lebar tapi nggak kamu perhatiin. Kamu nggak tau apa, kalau aku capek ngelilingin satu kota Bengkulu cuma buat nyariin kamu." dengan sedikit kesal akupun menjawab "emang kenapa kakak nyariin aku? Tumben banget, nggak biasanya gitu."
“Nggak kok, cuma kangen aja pengen lihat cewek aneh yang pernah aku kenal ini nih” ucapnya menunjukku, dia tersenyum simpul dan berjalan menuju mobil Lamborghini berwarna hitam kumbangnya yang terparkir sembarangan di pinggir jalan. “Eh, ayo pulang cewek aneh. Ngapain kamu masih melamun disana? Ayo, kakak antar kamu pulang” teriaknya dari kejauhan. Akupun berjalan mendekatinya sambil berkata “siapa juga yang melamun, aku Cuma bersihin pasir yang nempel dicelanaku aja kok. Eh iya, emang kakak mau nganterin aku ya? Basah-basah gini? Apa nggak takut ikutan basah ya jok mobilnya?”. Diapun masuk ke dalam mobilnya dan berteriak “mau diantar apa nggak? Kalo terus mengomel gitu kakak biarin kamu kedinginan disini”. “iya iya, aku mau dasar cowok bawel” aku terus mengomel sambil berjalan menuju mobilnya.
Kami duduk terdiam selama perjalanan menuju rumah. Kumainkan jemariku sambil melihat Hpku yang terendam air pantai tadi. Tanpa terasa kamipun sampai didepan rumahku. Aku bergegas keluar dari mobil dan melambaikan tanganku padanya “kak Dani makasih ya udah nganterin aku, hati-hati dijalan”.

***

Salah satu hal terbaik tinggal di kota Bengkulu adalah dapat menikmati indahnya gulungan ombak dan sunset yang sangat memanjakan mata. Hari iniaku berencana pergi ke benteng Malborough yang merupakan salah satu tempat wisata bersejarah yang ada di Bengkulu.
Ditempat ini aku menunggu seseorang yang telah mengirimiku sms untuk datang ke benteng ini dan memintaku menemaninya mengerjakan tugas sejarah yang diberikan dosennya. Aku berdiri diam di pintu masuk benteng menunggunya datang sambil memikirkan perkataannya kemarin saat kami bertemu di pantai. Apa maksud dari perkataannya? “Cuma kangen” kata-kata itu terus berputar di kepalaku. Apa maksudnya? Apa dia punya perasaan yang sama denganku? Atau dia hanya meledekku seperti biasanya? Apakah aku tidak salah dengar? Pertanyaan itu terus datang bergantian di benakku hingga aku tak tahu sudah berapa lama ia berdiri disampingku.
“Kak Dani baru datang ya?” sapaku terkejut karena melihatnya sudah ada disampingku. Dia memakai kaus putih serta jeans hitam yang menonjolkan postur tinggi tubuhnya, itu semua sangat pas dibadannya dan dia juga selalu memiliki tatanan rambut yang terkesan sangat acak-acakan tetapi tetap saja semua itu membuatnya terlihat sangat memukau. “Bahkan kamu nggak tahu sudah berapa lama aku berdiri disini? Disampingmu? Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sampai-sampai kamu tidak menyadari kehadiranku?” sambil menggeleng-gelengkan kepalanya diapun menggodaku “kamu mikirin cowok ya? Siapa? Pacar baru? Atau orang yang kamu suka? Kok nggak cerita sama kakak sih?” “Ih kakak, udah donk aku bukan mikirin cowok tau” aku tersenyum malu. “Aku hanya kepanasan aja nungguin kakak disini, lama banget kakak datang” aku mengalihkan pembicaraan. Dia menepuk-nepuk bahuku dan berkata “apapun itu, jangan suka melamun lagi ya. Nggak bagus loh cewek suka melamun sendirian. Ayo masuk!” Dia menggandeng lenganku dan tersenyum. Senyum itu, seberkas senyum tipis terlukis diwajahnya, senyum yang sangat memseonaku. “Eh ayo donk, katanya panas disini” ajaknya lagi sambil menarik lenganku. “Iya-iya ayo kak” jawabku sambil mengikuti langkahnya.
“Kita mulai darimana kak? Meriam? Penjara? Atau bagian atas benteng?” tanyaku. “Hmm.. kurasa bagian atas benteng cukup memberikanku inspirasi” sahutnya bersemangat. Aku hanya mengangguk pelan dan mengikutinya.
Sesampainya kami dibagian atas benteng, mata kami tertuju pada pemandangan pantai Tapak Paderi yang sangat indah. Cuacanya sangat bersahabat saat itu, membuat langit kota Bengkulu terlihat menawan, langit yang bertahtakan susunan awan putih bersih yang menggantung bergerak perlahan dengan paparan cahaya matahari menyinari setiap sudut kota, sungguh keindahan yang tak dapat dilukiskan. Belum selesai aku merengguk semua keindahan itu, lamunanku terpecahkan dengan sentuhan lembut di bahuku “kita foto yuk untuk kenang-kenangan” senyum menyeringai itu kembali terlukis diwajahnya, aku hanya membalas perkataannya dengan sebuah anggukan pelan.
Setelah puas menikmati pemandangan di benteng Malborough, kami pergi mencari makanan untuk mengganjal perut dan lalu pergi berkeliling untuk menikmati keindahan lain yang ada di kota Bengkulu. “Kita ngapain lagi ya? Mau main air?” tanyanya padaku, aku mengangguk pelan sebagai tanda setuju. Setelah puas berkeliling, kamipun menuju tempat favorit kami yaitu pantai Panjang.
Sesampainya disana, dia langsung berlari kegirangan menuju segulung ombak yang cukup tinggi. Dia terus berlari mendekat saat gulungan ombak itu jauh dan berlari menjauh saat ombak itu mulai mendekati kakinya. Senyum sumringah tergambar diwajahnya saat sebuah gulungan ombak membasahi sebagian kakinya. Aku tertawa dan  menggeleng-gelengkan kepalaku saat melihatnya. Dia sangat lucu, tingkah kekanakannya itu sangat tidak sesuai dengan penampilannya yang sangat dewasa. Tanpa sadar pandanganku terpaku padanya. “Elena, sedang apa kamu disana? Apa ada yang salah? Kenapa kamu tidak ikut bermain seperti biasanya?” tanyanya membuyarkan lamunanku. “Nggak kak masih panas banget nih, aku akan menyusulmu saat teduh nanti” “baiklah Elenaku” senyum kembali tergambar diwajahnya yang terlihat sedikit mutung terbakar terik matahari siang itu. Tunggu.. Elenaku? Apa maksudnya itu? Sejak kapan dia memanggilku dengan nama itu? ‘Elenaku’ apa maksudnya? Sebenarnya ada apa dengannya? Sikapnya belakangan ini membuatku bingung. Apakah dia tahu apa yang kurasakan atas kehadirannya? Pertanyaan itu terus berputar di benakku. Arrggghhh semua ini membuatku gila.
Hari sudah mulai teduh, akupun berjalan menghampirinya yang sudah basah lebih dari setengah badannya. Melihat bajuku yang masih belum tersentuh air, diapun menyeretku untuk ikut dengannya. Aku mengejarnya dan bertujuan ingin mendorongnya hingga ia tersungkur tapi tetap saja aku kalah dan jatuh tersungkur. Tentu saja aku kalah melawan seorang pemuda yang memiliki tinggi 183cm itu. Kami menghabiskan sisa hari itu dengan terus bercanda. Satu hari yang sangat sempurna itu ditutup dengan gerimis yang turun tiba-tiba disenja itu.

***

Pagi yang cerah menyambut kehadiranku di pantai itu. Mentari pagi mulai menduduki singgasananya. Semilir angin membelai lembut wajahku membuat aku merasa nyaman ada disini. Rasa nyaman itu mengingatkanku akan kejadian seminggu yang lalu, kejadian itu terasa bagaikan sebuah mimpi indah bagiku. Panggilan itu, pertamakalinya dia memanggilku dengan nama asliku. Aku bahkan tak ingat jika dia mengetahui namaku. “Beep beep” tiba-tiba hp-ku berbunyi membuatku terbangun dari lamunanku.
“Elena, ayo kita ketemu. Udah lama kita nggak kumpul-kumpul. Aku tunggu di kafe biasanya ya.”
Aku tersenyum membacanya, ternyata sahabatku Mika yang mengirimiku sms ini. Ahh.. sudah berapa lama kami tak bertemu? Ada banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan padanya terutama tentang kak Dani, ah iya kak Dani. Bagaimana kabarnya saat ini? Sudah seminggu aku tak bertemu dan mendengar kabarnya lagi. Kenapa aku merasa ada yang hilang dari hidupku? Apa ini? Apa aku merindukannya? Mengapa hatiku terasa hampa saat aku menyadari hal ini? Arrrgghhh, aku mengacak-acak rambutku, semua ini membuatku gila, oh iya aku hampir lupa Mika sudah menungguku.
Aku bergegas menuju BIM untuk menemui sahabatku. Ternyata dia sudah menunggu di plataran salah satu kafe disini.
“Aduh Elena.. kamu kemana aja sih? Kok lama banget?” dia mengomeliku dengan gaya cerewetnya yang khas. “Maaf Mika, aku hampir lupa tadi hehe.” aku sedikit terkekeh menjawab pertanyaannya. “Ck ck ck, kebiasaan lamamu ternyata belum hilang ya” sahabatku itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahkuh. “Ayo masuk Mika” aku menggamit lengannya dan masuk ke kafe bersamanya.
Kamipun mengambil posisi tempat duduk di sudut ruangan kafe yang memberikan sudut pandang sempurna saat memandang keluar. Aku menyibukkan diriku dengan memandang kendaraan yang lalu-lalang diluar kafe yang melaju dengan cepatnya, aku mencoba untuk memandang lebih jauh lagidan terlihatlah debur ombak dibawah rindangnya pohon cemara yang berderet di sepanjang tepi pantai itu.
Kesibukanku terhenti ketika seorang pelayan muda dengan perawakan yang lumayan tinggi menghampiri meja kami. “Mau pesan apa mbak?” sapanya lembut kepada kami. Kamipu mulai sibuk memilih menu apa yang akan kami pesan, aku memilih milkshake stroberi dan seporsi nasi goreng sedangkan sahabatku memesan jus mangga dan seporsi kentang goreng. Setelah pelayan itu pergi, aku dan sahabatku mulai berbincang tentang kegiatan kami masing-masing.
Kemudian sebuah pertanyaanpun tercetus darinya “eh iya, kamu masih berhubungan sama kak Dani? Gimana perasaan kamu? Masih sama nggak sama dia?” Aku hanya tersipu malu mendengar pertanyaan darinya sambil berkata “ah kamu masih inget aja ya. Kami sempat hilang kontak selama beberapa bulan, tapi aku bertemu lagi dengannya di pantai itu” aku menunjuk debur ombak pantai Panjang yang tampak indahnya dari tempat kami. Aku menghela napas panjang dan melanjutkan “aku masih menyukainya, tapi aku masih tetap tak tahu tentang perasaannya padaku. Seperi biasanya dia memang bersikap baik dan cuek, tapi belakangan sikapnya ini sangat berbeda”.
“Berbeda? Beda gimana? Apa dia ngejauhin kamu? Atau dia bersikap kasar sama kamu?” wajah cerianya berubah serius. Pelayan tadi kembali ke meja kami untuk mengantar pesanan. Aku menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutku dan cepat-cepat menelannya sebelum aku menjawab pertanyaannya “bukan Mika bukan ngejauhin ataupun kasar sama aku. Tapi kan kamu tahu sendiri dia nggak pernah manggil nama aku, biasanya dia memanggilku dengan sebutan cewek aneh ataupun ejekan-ejekan lain.” Mika hanya menatap sepiring kentang goreng yang ada dihadapannya saat dia mendengar jawabanku. “Dia juga bilang kalo dia kangen sama aku. Aku jadi bingung, apa aku yang salah menerjemahkan maksudnya? Semua kata-kata dan perhatiannya padaku sungguh membuatku bingung. Mika, apa kak Dani punya perasaan yang sama sama aku? Apa dia tahu perasaanku? Atau cuma aku yang salah pengertian akan sikapnya? Ahhh aku bingung Mika.”
“Elena, sepertinya dia menyukaimu juga dan menurutku dia itu orang yang tidak bisa terus terang mengungkapkan perasaannya. Kalo aku sih nyaranin kamu untuk ungkapin aja perasaan kamu ke dia, kan nggak ada salahnya”
Aku terkejut mendengar jawabannya “apa? Mana mungkin aku ungkapin perasaanku Mika. Apa kamu bercanda?” Nada bicaraku terdengar lebih tinggi dari yang kuniatkan. “Santai aja donk, aku kan cuma ngasih saran. Ya udah deh, kita makan aja dulu” dia menjawab enteng lalu mulai memakan kentang goreng pesanannya.
Aku memikirkan perkataan sahabatku, mungkin dia benar, mungkin aku harus menuruti saran Mika. Tapi apa aku bisa? Benarkah aku harus mengungkapkan perasaanku? Ahh aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.
“Heh, kamu mikirin apa lagi sih? Mikir kak Dani lagi ya? Jangan suka melamun, nggak bagus tahu. Lagian nasi goreng kamu udah dingin tuhh”
“Ih siapa juga yang melamun, aku baru mau makan nih”
Setelah selesai makan, kami berdua memutuskan untuk menghabiskan sisa hari itu dengan berkeliling di sekitar pantai.

***

“Elena apa kabar? Hari ini ada waktu luang nggak? Bisa temenin kakak sebentar? Kakak tunggu ya di tempat biasa.”
Pesan singkat dari kak Dani menjadi ucapan selamat pagi untukku di hari itu. Setelah membaca pesan itu aku bergegas mengganti baju kausku dengan gaun hitam pas badan yang kupadukan dengan sepatu ber-hak tinggi yang senada dengan bajuku.
Saat aku hendak keluar dari rumahku, aku melihat lamborghini berwarna hitam kumbang sudah terparkir rapi di halaman “ahh ternyata dia menjemputku” ucapku dalam hati. Aku langsung bergegas keluar dan mendapatinya sedang duduk terpaku di kap depan mobilnya. Dia mengenakan kemeja biru langit pas badan yang dipadukan dengan celana jeans senada dan jangan lupa tatanan rambut berantakannya yang membuatnya tampak sangat mempesona.
“Elena, kamu cantik sekali dengan gaun itu” walau dia mengatakannya dengan suara pelan aku dapat mendengarnya dengan jelas dan melihat sebuah senyum simpul yang terlukis diwajahnya saat dia mengatakannya. “Selamat pagi” ucapnya saat aku sudah berada tepat didepannya. Aku hanya mengangguk pelan seraya berkata “selamat pagi juga kak. Kemana kita hari ini?”
“Ayo masuk, aku akan mengajakmu ketempat yang sangat spesial”
Aku hanya mengikutinya tanpa tahu tujuan kami yang sebenarnya. Sepanjang perjalanan, aku menyibukkan diriku dengan beberapa pertanyaan yang terus muncul di pikiranku. Tempat spesial? Tempat apa yang dia maksudkan? Dia mau mengajakku kemana? itulah yang terus terlintas dalam benakku.
“Kita sudah sampai, ayo turun” perkataannya membuatku terkejut dan refleks aku langsung turun dari mobil.
Sebuah pintu besi besar dengan ukiran kata-kata yang terukir indah berdiri kokoh dihadapanku. “Benteng Malborough? Ini tempat spesial yang kakak maksud? Bukankah minggu lalu kita sudah datang kemari? Apa kakak ada tugas sejarah lagi?”
“Sabar nona manis, coba tebak apa yang tidak seperti biasanya dari benteng ini hari ini?” nada suaranya sangat misterius. Belum sempat aku menjawabnya dia sudah melanjutkan perkataannya lagi “Ahh sudahlah terlalu lama jika kamu memikirkannya dulu, betulkan Elena?” dia menatap mataku dalam dan melanjutkan perkataannya “hari ini aku sengaja mempersiapkan beberapa kejutan untukmu. Salah satunya adalah pintu benteng ini. Orang-orang tidak pernah memperhatikan betapa megah benteng ini jika dilihat dengan pintu tertutup” senyum tipis mengakhiri kalimatnya, yang membuatku semakin bingung.
Ternyata dia benar juga, benteng ini tampak sangat menawan dan membuatku penasaran apa saja yang ada didalamnya dengan pintu yang tertutup ini, walaupun aku sering berkunjung kesini, tapi rasa penasaran itu tetap saja datang saat aku melihat pintu itu tertutup. Tiba-tiba pintu itu terbuka perlahan dengan bunyi berdecit yang membuatku terkejut.
Dia mengajakku masuk langsung menuju ke bagian atas benteng, dan tampaklah pemandangan yang tak biasa. Pemandangan matahari terbit yang sangat memanjakan mata, membuatku merasa nyaman. Dia tampak menutup mata dan membentangkan tangannya seraya menghirup udara dalam-dalam sembari berkata “Elena, apa kamu tahu bagaimana perasaanku? Ya aku merasa sangat bahagia.” Dia membuka mata dan menurunkan kedua tangannya lalu menatapku “apa yang kamu rasakan?” tanyanya. Aku menunduk menimbang apakah aku harus jujur tentang perasaanku yang sebenarnya? Mungkin lebih baik aku bertanya padanya. Aku berdebat dengan diri sendiri didalam hatiku, akhirnya akupun membuat sebuah keputusan. Aku memberanikan diriku untuk bertanya “kakak, aku mau tanya. Apa kakak sayang sama aku?” akhirnya aku mengatakannya.
“Hahahahaha Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku menyayangimu Elena” dia tertawa terbahak-bahak menjawabnya.
“Kakak aku serius tahu, ayo donk jawab dengan jujur kak” aku menjawabnya dengan nada serius.
Tiba-tiba dia berhenti tertawa dan berkata dengan nada serius “ya Elena tentu saja aku menyayangimu, itulah alasanku membawamu kemari. Karena ini akan menjadi tempat yang spesial Elena”. Aku menghela napas lega mendengar perkataannya. Belum sempat aku menjawab, dia melanjutkan kata-katanya “tempat ini akan menjadi saksi bisu cintaku Elena. Besok aku akan melamar kekasihku disini. Sebelum masuk tadi aku sudah bilang kalo aku sudah mempersiapkan kejutan untukmu kan? Ya itulah kejutannya. Bagaimana menurutmu? Ide yang hebat bukan? Aku sangat menyayangimu dan aku sudah menganggapmu sebagai adik kecilku, karena itu aku mengajakmu kasini dan memberitahumu tentang ini. Aku takut membuatnya kecewa jika aku salah memilih tempat. Bagaimana menurutmu Elena?”
Aku hanya terdiam mendengarnya. Aku berusaha membendung air mataku, dadaku terasa penuh sesak menahan sakit dan kecewa yang kurasa. Aku menundukkan kepalaku, tulangku serasa remuk, aku merasa tak dapat berdiri lagi, seluruh badanku bergetar. Aku berusaha menenangkan diri dan berkata dengan suara pelan “pilihan yang sangat bagus kak” suaraku bergetar. Aku membendung airmata yang ingin keluar dengan sebuah senyum yang kupaksakan akupun mengangkat kepalaku dan menatap matanya “dia akan sangat menyukainya, ini adalah tempat yang sangat sempurna” aku menghela napas panjang lalu berkata “Oh iya kak aku hampir lupa, hari ini aku ada janji sama Mika. Mungkin dia sudah menungguku sekarang. Maaf kak aku nggak bisa nemenin kakak sampai selesai. Aku pergi duluan ya?” Hanya itu yang mampu ku ucapkan padanya aku langsung membalikkan badanku dan berjalan menuju pintu utama benteng “kamu janjian dimana? Biar kuantar ya?” suaranya menghentikan langkahku. Aku hanya menggelengkan kepalaku, kembali berjalan keluar dan berniat untuk mencari kendaraan umum yang bisa mengantarkanku ke pantai itu.

***

Aku terbaring tak berdaya diatas hamparan pasir, membiarkan badanku yang tersengat panasnya sinar matahari basah diguyur ombak. Dadaku sesak, jantungku berdegup cepat, tubuhku terasa lemas, napasku tersendat-sendat, air mataku terus terjatuh tanpa henti. Hatiku hancur, hidupku serasa hancur, semua yang kulakukan hanya berakhir sia-sia. Sikap manisnya itu ternyata bukan karena dia mempunyai perasaan yang sama padaku, ternyata perasaannya hanya sebatas sayang terhadap adik perempuan. Aku bertanya-tanya dalam hatiku, mengapa aku begitu bodoh? Mengapa aku salah mengartikan perasaannya? Besok dia akan melamar kekasihnya, wanita itu akan menjadi pemdamping hidupnya, dia adalah wanita yang beruntung.
Walau remuk redam hatiku, kupaksakan bibirku untuk tersenyum. Tapi saat ini, disini, aku ingin menghabiskan air mataku hingga aku tak lagi dapat menangis. Aku ingin menghabiskan semua rasa sedihku agar aku tak lagi bisa merasa sedih. Akan kusimpan perasaanku, takkan kubiarkan dia mengetahui hal ini, aku ingin terus melihat senyum bahagia yang terukir indah diwajahnya bagaikan mentari senja di pantai ini. Akan kuukir semua kenangan indah yang telah kita lalui bersama, walau aku hanya sebatas adik bagimu.

***

Pantai Panjang, saksi bisu perasaanku ini akan setia menemaniku, mendengar semua ceritaku, dan menyimpan semua rahasiaku. Selamat jalan cinta pertamaku, semoga hidupmu selalu dalam balutan kebahagian seperti matahari senja yang selalu memberi balutan warna oranye indah disetiap sudut pantai ini. Aku akan terus mencintai ombak ini, ombak yang selalu setia kembali walau sejauh apapun jarak yang harus ditempuhnya.
Hidup adalah perasaan senang, sedih, dan marah yang berkumpul menjadi satu membentuk sebuah harmoni indah yang ada didalam hati setiap insan didunia. Disetiap kehidupan manusia selalu ada hal-hal yang tidak mereka inginkan untuk terjadi tetap terjadi. Perasaan itu bagaikan ombak yang tanpa henti-hentinya menerpa sebuah batu karangbesar. Walau terpaan ombak akan mengikis permukaannya, batu karang itu terus berdiri dengan gagahnya karena kikisan itu akan menjadi pasir yang indah dan berkilau.
Itulah kehidupan, setiap kejadian yang membuat kita merasa senang, sedih, ataupun marah, adalah terpaan ombak kehidupan yang akan sedikit demi sedikit mengikis kita. Akan tetapi, kikisan ombak kehidupan itu akan membuahkan pasir yang indah dan berkilau nantinya.

~THE END~

Cerpennya gaje ya? Kekeke, I know that^^ Tapi, saya akan tetap terus menulis. Karena, menurut saya menulis itu bisa mengembangkan mimpi dan harapan saya. Menulis juga bisa menumpahkan semua rasa sakit, senang, sedih, bahkan marah yang saya rasakan.. Thanks banget untuk readers setia yang udah nyempetin waktunya untuk baca cerita ini.
Yang pasti, RCL (Read+Comment+Like) Please ^^ 

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Vanila Shina